Pagi-pagi liat berita online kaget bukan main karena Dollar Amerika Serikat (AS) tembus sampai Rp 14.000, memang belum ada kepanikan sampai rakyat turun ke jalanan dan membuat kerusuhan sampai bakar ban segala, tapi saya yakin hal ini bukan yang diinginkan rakyat Indonesia. Terlebih lagi pada sosok Presiden Jokowi.
![]() |
Ekonomi Kian Memburuk, Indonesia Butuh Solusi! Bukan Sekedar Wacana dan Pencitraan Foto: konfrontasi.com |
Pagi-pagi liat berita online kaget bukan main karena Dollar Amerika Serikat (AS) tembus sampai Rp 14.000, memang belum ada kepanikan sampai rakyat turun ke jalanan dan membuat kerusuhan sampai bakar ban segala, tapi saya yakin hal ini bukan yang diinginkan rakyat Indonesia. Terlebih lagi pada sosok Presiden Jokowi.
Setelah menyaksikan keterpurukan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, Presiden Jokowi akhirnya langsung mengumpulkan 25 pengusaha di Istana Bogor dalam sebuah rapat terbatas, Senin (24/8/2015) malam dengan agenda membahas bagaimana caranya membangkitkan perekonomian Indonesia yang kian terpuruk di semester kedua tahun 2015 ini. Seperti dilansir berbagai media online, peserta rapat kali ini terdiri dari Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, dan para menteri kabinet kerja. Selain itu ada pula para pimpinan BUMN seperti dari PGN, Garuda Indonesia, Pertamina, Antam, Adhikarya, BTN, Wika, PP, Jasa Marga, dan Telkom Indonesia.
Sementara dari pihak swasta tampak bos MNC Grup yang juga Ketua Umum Partai Perindo Harry Tanoesoedibjo hadir dalam rapat mewakili MNC Investama. Selain itu, para petinggi perusahaan besar seperti Indofood, Lippo, Gudang Garam, Recapital, Corpindo, Vale Indonesia, Astra Agro, Indo Tambang Raya, Kalbe Farma, Adaro Energy, United Tractors, Indocement, Unilever Indonesia, dan Astra.
Namun sayangnya pertemuan tersebut seakan sia-sia karena tidak menghasilkan solusi yang nyata. Hal itu diungkapkan oleh Hary Tanoe usai menghadiri rapat. Menurutnya pertemuan tersebut tidak efektif karena tidak kepastia dari pemerintah terkait kebijakan apa yang diambil untuk menolong Indonesia dari keterpurukan ini.
"Menurut saya cuma wacana akhirnya yang dihasilkan, kurang konkret, karena saat ini Indonesia perlu solusi yang cepat," kata Hary Tanoe seperti dikutip Kompas.com.
Menurut saya memang kalau cuma wacana tidak akan bisa menyelesaikan krisis ekonomi seperti sekarang ini, mingkin pemerintah harusnya memang lebih konkret dalam menyikapi keadaan ini, terlebih lagi dengan meroketnya harga Dollar AS barang dan kebutuhan pokok semua juga ikut melonjak dan tentunya rakyat kecil menjadi korban.
Mungkin yang dimaksud Hary Tanoe itu adalah dia mendesak pemerintah untuk bergerak cepat dan tidak membiarkan Rupiah terus melemah. Jika harga barang pokok yang tinggi sementara daya beli masyarakat tidak meningkat, yang ada makin banyak orang miskin. Jika makin banyak orang miskin mereka butuh makan dan hidup, alhasil kepala keluarga mencari cara agar bisa menghidupi keluarganya dengan cara apapun seperti berbuat kriminal dan sebagainya. Tentunya hal ini tidak diinginkan semua orang, harus ada solusi tentunya.
Caranya dengan apa? Menurut beberapa pengamat ekonomi yang menjadi penyebab jatuhnya nilai tukar Rupiah adalah tidak percayanya investor kepada Indonesia sebagai ‘tempat yang ramah untuk berinvestasi. Seperti yang diungkapkan pengamat ekonomi Didik J Rachbini, melorotnya nilai tukar rupiah hingga di atas 14.000 per Dollar AS tak hanya disebabkan faktor eksternal tetapi juga internal. Menurutnya, faktor internal tersebut yaitu belum dipercayainya tim ekonomi pemerintah oleh pasar.
"Tim ekonomi pemerintahah baru yang tidak bisa meyakinkan publik dan pasar secara khusus. Dengan tim seperti ini meskipun pemilu berhasil dan ekonom-ekonom bilang rupiah akan kuat menjadi Rp 10.000 per dollar AS apabila Jokowi terpilih, tetapi karena tim ekonomi tidak meyakinkan maka rupiah terus merosot," ujarnya.
Selain itu, respons pemerintah menjaga stabilitas rupiah dalam satu tahun terakhir ini juga dinilai tak maksimal. Masalahnya lantaran pasar sebenarnya tak memiliki kepercayaan kepada tim ekonomi pemerintah.
"Dalam waktu kurang setahun rupiah sudah merosot dari Rp 12.000 ke Rp 14.000 karena pemerintah masih belum dipercaya pasar untuk dapat meredam dampak faktor eksternal," cetusnya.
Dengan kata lain, Presiden Jokowi harus meyakinkan para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, caranya bagaimana? Tentunya dengan memilih pembantu, dalam hal ini menteri, yang kompeten di bidangnya dan bukan memilih karena alasan jatah menteri partai atau bagi-bagi jabatan pada tim sukses pada pilpres tahun lalu. Sudah saatnya Presiden Jokowi memikirkan rakyatnya yang telah mengantarkan dirinya ke kursi RI 1 dan sudah sepatutnya Presiden Jokowi menjadi ‘pelayan rakyat’ dan bukan petugas partai.
Ditulis oleh : Noni Marina (Sumber: Kompasiana)
COMMENTS