Harianpelajar.com | Guru sejatinya adalah profesi yang mulia yang tak dapat dibandingkan hanya dengan pemberian gelar, kekayaan, pangkat, dan jabatan. Mengapa demikian? Sampai saat ini, posisi guru dalam peran dan fungsinya sebagai pendidik tidak dapat digantikan oleh teknologi tercanggih apa pun. Kehadiran guru di tengah-tengah peserta didiknya merupakan sebuah keniscayaan. Ibarat oase di tengah gersangnya gurun pasir yang maha luas, kehadiran guru dapat sebagai penawar dahaga, pemberi keteduhan, kedamaian, sekaligus sumber inspirasi bagi peserta didik.
![]() |
Menjadi Guru Inspiratif |
Guru sejatinya adalah profesi yang mulia yang tak dapat dibandingkan hanya dengan pemberian gelar, kekayaan, pangkat, dan jabatan. Mengapa demikian? Sampai saat ini, posisi guru dalam peran dan fungsinya sebagai pendidik tidak dapat digantikan oleh teknologi tercanggih apa pun. Kehadiran guru di tengah-tengah peserta didiknya merupakan sebuah keniscayaan. Ibarat oase di tengah gersangnya gurun pasir yang maha luas, kehadiran guru dapat sebagai penawar dahaga, pemberi keteduhan, kedamaian, sekaligus sumber inspirasi bagi peserta didik.
Ilmu yang guru berikan kepada peserta didik ibarat air yang dituang dari guci ke dalam botol-botol kecil. Ada botol bermulut kecil sehingga harus dituang dengan hati-hati dan sedikit demi sedikit. Ada pula yang bermulut besar sehingga dengan mudah dituang ke dalamnya. Dengan pengandaian tadi berarti guru harus memahami karakter peserta didiknya tidak mungkin menuang air begitu saja tanpa memperhatikan wadah yang akan diisikan. Pemahaman guru terhadap karakter peserta didik akan memperkaya wawasan dan keterampilan guru dalam mengolah mereka.
Perlu dipahami bahwa pendidikan tidak hanya sekedar menuang ilmu akan tetapi lebih dari itu. Keterampilan mengolah pikiran, jasmani, perasaan, budi pekerti, dan keimanan peserta didik merupakan tanggung jawab guru. Bayangkan saja, jika dalam satu keluarga, orang tua mendidik satu-dua anak, paling banyak sepuluh anak di zaman sekarang ini. Adapun guru harus mendidik puluhan bahkan ratusan anak dalam kurun waktu yang begitu terbatas. Apakah adil jika kegagalan pendidikan sekarang hanya mengambinghitamkan guru?
Tampaknya sederhana tetapi ketika diterapkan akan muncul banyak tantangan dan hambatan. Hambatan terbesar justru dari guru sendiri, kemauan kuat dan kemampuan mengatasi segala hambatan dan tantangan itulah yang akan mematangkan dan mendewasakan guru. Ibarat buah tua dan ranum yang dipetik, maka buah itu legit dan manis rasanya. Sebaliknya, jika dipetik ketika masih muda niscaya meski diperam lama, tetap akan jadi buah yang asam dan tak enak dinikmati. Jadi, simpulannya marilah menjadi guru yang matang dan dewasa dalam berpikir dan bertindak sehinggga kita dapat menjadi guru yang ranum layaknya buah matang di pohon bukan buah busuk yang akan terbuang dan ternistakan. Semoga!
COMMENTS